Rabu, 27 April 2011

FUNGSI PURA DALAM MENGEMBANGKAN TATWA


FUNGSI DAN PERANAN PURA GIRI NATHA DALAM MENGEMBANGKAN TATTWA UMAT HINDU

A.    Pengertian Pura
Pura (pelinggih) merupakan tempat suci untuk memuja Sang Hyang Widhi dan segala manifestasi-Nya. Istilah pura dengan pengertian sebagai tempat pemujaan masyarakat hindu khususnya di Bali berasal dari bahasa Sansekerta. Kata “Pura” berarti kota atau benteng dalam bahasa Sansekerta,  yang sekarang disebut tempat untuk memuja Sang Hyang Widhi. Sebelum dipergunakan kata “Pura” untuk menamai suatu tempat suci bagi umat hindu, mereka menggunakan kata khyangan atau Hyang. Hal ini diperkuat oleh prasasti Sukawana AI tahun 882 Masehi dan Prasasti Pura Kehen tenpa tahun.
Dalam perkembangan masyarakat saat ini, kata Pura atau Khyangan dipergunakan sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi dengan semua manifestasi-Nya dan tempat pemujaan roh leluhur.
Pura atau Khyangan dibangun di tempat-tempat yang dianggap suci, seperti di Tirtha atau Patirthan, di tepi sungai, tepi danau, tepi pantai, pertemuan dua atau lebih sungai-sungai yang dibali di sebut ‘Campuhan’, di muara sungai, dipuncak-puncak gunung atau bukit-bukit, dilereng-lereng pegunungan, dekat pertapan, di desa-desa, di kota atau di pusat kota dan tempat-tempat lain yang dianggap memberikan suasana indah. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tiada halangan untuk membangun pura atau khyangan dimana saja yang di anggap suci atau yang disakralkan oleh masyarakat setempat. Ada hal yang unik dalam pembangunan suatu pura, yakni tempat yang dianggap indah dan memiliki getaran spritual yang tinggi.
Pura sebagai tempat suci di Bali khususnya dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1.      Pura Jagad
Pura Jagad yaitu tempat memuja Sang Hyang Widhi dalam segala manifestasi-Nya. Pura ini dipuja oleh seluruh Umat Hindu, karena pada hakekatnya semua umat hindu merasa berhutang jasa kepada beliau Dang Guru atas dasar ajaran agama hindu.
2.      Pura Kawitan
Pura Kawitan yaitu tempat memuja atman Sidha Dewata atau roh suci lelurhur. Pura Kawitan dapat dikelmpokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a)      Pura Khyangan Jagad
Pura Khyangan Jagad adalah pura tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wase dengan segala prabawa-Nya (manifestasi-Nya). Adapun yang termasuk Pura Khyangan Jagad adalah Pura Sad Khyangan, Pura Dang Khyangan, dan Palinggih-palinggih Penyawangan, seperti yang terdapat di kantor-kantor.
b)      Pura Khyangan Desa (Teritorial)
Pura Khyangan Desa adalah pura yang disungsung oleh umat desa adat. Pura Khyangan Desa juga disebut Pura Khyangan Tiga. Pura Khyangan Tiga adalah tempat suci umat hindu yang difungsikan untuk melaksanakan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi dan manifestasi-Nya sebagai Tri Wasesa atau Tri Murti.
c)      Pura Swagina (Pura Fungsional)
Pura Swagina adalah pura yang penyunsungnya terikat oleh ikatan swagina (kekaryaan) yang mempunyai profesi yang sama dalam sistem mata pencahrian hidup.
d)     Pura Kawitan
Pura Kawitan adalah pura yang penyungsungnya ditentukan oleh ikatan Wit atau Leluhur berdasarkan garis kelahiran (Geneologis).
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa Pura Giri Natha yang ada di Kabupaten Sumbawa merupakan tempat memuja Sang Hyang Widhi dalam segala manifestasi-Nya. Pura ini di sungsung oleh seluruh umat hindu yang ada di Kabupaten Sumbawa, sehingga Pura Giri Natha ini dapat di kelompokkan kedalam Pura Jagad.




B.     Tattwa
1.      Pengertian Tattwa
Agama hindu memiliki tiga kerangka dasar yang merupakan satu kesatuan yang saling memberikan fungsi atas sistem agama hindu secara keseluruhan. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan dalam penerapannya. Seperti halnya apabila kita hanya mengetahui filsafatnya saja dengan mengabaikan ajaran-ajaran susila dan upacara, maka filsafat tersebut tidak akan sempurna. Begitupun sebaliknya jika hanya melakukan upacara saja tanpa mengetahui dasar-dasar filsafat dan etika, pervuma melakukan upacara tersebut.
Kerangka dasar dapat diibaratkan seperti sebuah telor, sari atau kuning telornya di ibaratkan sebagai tatwa, putih telor sebagai susila, dan kulit telor di ibaratkan sebagai upacaranya. Telor tidak akan sempurna atau akan busuk jika salah satu bagiannya kurang baik (Wisarja, 2002:52).
Tattwa sebagai salah satu bagian dari tiga kerangka agama hindu yang sudah tidak asing bagi masyarakat hindu. Ditinjau dari segi etimologinya, kata “tattwa” berasal dari bahasa sansekerta yang berarti kebenaran, kenyataan (Sura, 1981:16). Sedangkan dalam Kamus Kecil Sansekerta-Indonesia, kata “tattwa” diberikan pengertian sebagai kebenaran, kenyataan, sesungguhnya. Ahli lain menyatakan bahwa kata tattwa berarti “hakekat tentang tattwa (yaitu tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman). Penggunaan kata Tat sebagai kata yang artinya Tuhan adalah untuk menunjukkan kepada Tuhan yang jauh dari manusia” (Pudja, 1985:37).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tattwa merupakan ajaran agama hindu untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran tentang ketuhanan secara mendalam sampai pada pokok atau intisarinya sejauhmana dapat dicapai oleh akal manusia. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran yang sejati tentang tuhan.
2.      Keyakinan Dalam Agama Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
a.       Widhi Tattwa
Widhi Tattwa merupakan konsep kepercayaan terdapat Tuhan yang Maha Esa dalam pandangan Hinduime. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam agama Hindu, Tuhan disebut Brahman.  
Tujuan agama hindu adalah untuk mencapai kebahagian duniawi dan kebahagiaan rohhani. Ada tiga jalan untuk mencapai tujuan itu. Diantara ketiga jalan itu adalah Bhakti Marga yaitu sujud bhakti kepada Tuhan adalah jalan yang termudah. Bhakit Marga tidak memerlukan kebijaksanaan yang tinggi. Oleh sebab itu sebagaian besar umat hindu dapat melakukannya. Dengan adanya keyakinan terhadap adanya Sang Hyang Widhi maka rasa bhakti kepada Sang Hyang Widhi akan semakin besar.
b.      Atma Tattwa
Atma tattwa merupakan kepercayaan bahwa terdapat jiwa dalam setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan dan disebut Atman. Jiwatma bersifat abadi, namun karena terpengaruh oleh badan manusia yang bersifat maya, maka Jiwatma tidak mengetahui asalnya yang sesungguhnya. Keadaan itu disebut Awidya. Hal tersebut mengakibatkan Jiwatma mengalami proses reinkarnasi berulang-ulang. Namun proses reinkarnasi tersebut dapat diakhiri apabila Jiwatma mencapai moksa.
c.       Karmaphala
Agama Hindu mengenal hukum sebab-akibat yang disebut Karmaphala (karma = perbuatan; phala = buah/hasil) yang menjadi salah satu keyakinan dasar. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti membuahkan hasil, baik atau buruk. Ajaran Karmaphala sangat erat kaitannya dengan keyakinan tentang reinkarnasi, karena dalam ajaran Karmaphala, keadaan manusia (baik suka maupun duka) disebabkan karena hasil perbuatan manusia itu sendiri, baik yang ia lakukan pada saat ia menjalani hidup maupun apa yang ia lakukan pada saat ia menjalani kehidupan sebelumnya. Dalam ajaran tersebut, bisa dikatakan manusia menentukan nasib yang akan ia jalani sementara Tuhan yang menentukan kapan hasilnya diberikan (baik semasa hidup maupun setelah reinkarnasi).
d.      Punarbhawa
Punarbhawa merupakan keyakinan bahwa manusia mengalami reinkarnasi. Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya. Maka dari itu, munculah proses reinkarnasi yang bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya (baik atau buruk) yang belum sempat dinikmati. Proses reinkarnasi diakhiri apabila seseorang mencapai kesadaran tertinggi (moksa).
e.       Moksa
Dalam keyakinan umat Hindu, Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material. Pada saat mencapai keadaan Moksa, jiwa terlepas dari siklus reinkarnasi sehingga jiwa tidak bisa lagi menikmati suka-duka di dunia. Oleh karena iu, Moksa menjadi tujuan akhir yang ingin dicapai oleh umat Hindu


3.      Fungsi dan Peranan Tattwa
Pura merupakan tempat suci yang digunakan sebagai media atau sarana untuk memuja Tuhan.  Tuhan ada di seluruh alam semesta ini, namun seperti di ibarat lembu betina. Seluruh badan lembu berfungsi memproduksi susu lembu. Namun, susu lembu hanya dapat diperas melalui puting susu lembu. Pura itu ibarat puting susu lembu untuk mendapatkan susu karunia Tuhan. Itu artinya, pura tempat memuja Tuhan untuk mendapatkan anugerah berupa air susu kehidupan yang sejahtera.
Keyakinan umat hindu dengan adanya tuhan telah di jelaskan dalam pembagian Panca Sradha. Panca Sradha ini merupakan lima keyakinan dasar dalam agama hindu. Dengan lima keyakinan dasar yang dimiliki oleh umat hindu maka dengan sendirinya mereka akan meningkatkan sradha dan bhaktinya kepada Sang Hyang Widhi dengan berbagai manifestasi-Nya. Melalui sradha dan bhakti yang tinggi kehadapan Sang Hyang Widhi, setiap umat hindu berharapa dapat memperoleh moksa. Moksa adalah tujuan hidup setiap umat hindu. Adapun cara untuk mencapai tujuan tertinggi hidup umat hindu di jelaskan dalam Tri Marga.

1 komentar:

  1. terima kasih banyak bli. . artikel bli begitu bermanfaat didalam menyusun skripsi saya

    BalasHapus