Kamis, 10 Februari 2011

FISIKA FUN


PERANAN PENERAPAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA CERIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

A.  Tinjauan Tentang Lembar Kerja Siswa (LKS)
1.    Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar pada pokok kajian tertentu. Sedangkan menurut Purwo Sutanto, (2003 : 24) LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara sendiri. Pendapat lain mengatakan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2007 : 73).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran-lembaran yang berupa panduan siswa untuk memecahkan masalah yang dipelajari secara sendiri pada materi tertentu.
Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya membentuk kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Lembar Kerja Siswa (LKS ) digunakan sebagai media pembelajaran untuk menarik minat dan motivasi siswa untuk mempelajari suatu materi sehingga lebih mudah dipahami.


2.      Manfaat dan Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Trianto (2007 : 73-74) ada beberapa manfaat dan tujuan dari Lembar Kerja Siswa (LKS) antara lain: (a) mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar; (b) membantu siswa dalam mengembangkan konsep; (c) melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar; (d) membantu guru dalam menyusun pembelajaran; (e) sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran; (f) membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran; (g) membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
B.        Desain Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media pembelajaran yang menyenangkan
Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain LKS yaitu, tingkat kemampuan membaca dan pengetahuan siswa. LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara sendiri, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang diharapkan berperan aktif dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS adalah siswa. Jika desain LKS yang dikembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan kesulitan dalam memahami LKS untuk itu seorang guru harus sekreatif mungkin mendesain LKS agar menjadi media pembelajaran yang menyenangkan. LKS sebagai media pembelajaran harus bisa memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran yang asyik dan menyenangkan dapat tercapai.  
Berikut ini beberapa batasan yang biasa dipakai untuk menentukan desain LKS adalah sebagai berikut :
1)      Ukuran. Gunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan instruksional yang telah ditetapkan;
2)      Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu, pengorganisasian halaman juga perlu diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana judul dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal ini akan menimbulkan kesulitan siswa untuk memahami  materi secara kaseluruhan. Hal ini biasa ditanggulangi dengan memanfaatkan penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan penomoran ini harus konsisten;
3)      Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diberikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca siswa. Sesempurnah apa pun materi yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.

C.        Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Fisika Ceria
Cara pembelajaran dengan metode konvensional saat ini sudah tidak lazim lagi digunakan karena hanya melibatkan guru sebagai trend senter, guru hanya mentrasfer pengetahuan kepada siswanya sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bagi siswa. Namun kini dengan sistem pembelajaran yang semakin beragam dan didukung dengan media-media pembelajaran yang memadai, kita dapat menggunakan metode pembelajaran yang bermacam-macam guna membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa serta dapat lebih meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain metode pembelajaran yang menyenangkn didukung juga dengan media pembelajaran yang membuat siswa menjadi tertarik dan termotivasi untuk belajar seperti LKS yang biasa di gunakan sebagai media pembelajaran dibuat dalam bentuk yang beragam dan menarik. Beberapa LKS model fisika ceria :
a.       Teka-teki silang
Pembelajaran dengan metode teka-teki silang adalah suatu sistem pembelajaran yang coba membangun pemahaman siswa dari pengalamannya berdasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkonstruksi dan bukan menerima pengetahuan (konstruktifisme teori). Pembelajaran diubah dari pola menghafal menjadi mulai mencari pemahaman-pemahaman. Siswa mencoba menemukan dan mencari sehingga terjadi perpindahan dari mengamati menjadi memahami. Menemukan jawaban dengan berfikir kritis mencari melalui keterampilan belajarnya (inquiry proses). Proses belajar berlangsung menyenangkan, serius tapi santai. Siswa menggunakan sumber-sumber yang tersedia dan secara aktif mencari serta menggunakannya.
b.    Acak kata
Pembelajaran dengan metode acak kata adalah pembelajaran yang mecoba membuat siswa berpikir untuk merangkai huruf-huruf yang sudah tersedia dalam beberapa kotak menjadi kata-kata jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan model ini siswa tidak akan lupa dengan  materi-materi yang dipelajari karena model acak kata ini sudah di buat seceria dan seayik mungkin untuk diingat dan dipahami.
c.     Mencocokkan (make a mach)
Pembelajaran dengan model mencocokkan adalah pembelajaran yang membuat siswa berpikir dan memahami materi dengan mencocokkan kata pada kolom sebelah kiri dengan pertanyaan yang ada di kolom sebelah kanan, sehingga siswa dengan mudah memahami materi yang diajarkan, tanpa harus berpikir keras untuk menghapal materi yang dipelajari, cukup dengan santai tanpa harus membuat siswa merasa jenuh dan bosan.
d.    Teks berkait
Pembelajaran dengan menggunakan model teks berkait adalah pembelajaran yang membuat siswa berpikir untuk mengisi kotak-kotak yang berkait sesuai dengan teks pertanyaannya. Teks berkait ini dibuat sesimpel mungkin sehingga dalam menjawab dari teks tersebut siswa tidak merasa terbebani dan siswa bisa menjawab dengan santai tanpa harus berpikir keras untuk menjawab teks berkait tersebut.
D.        Tinjauan Tentang Model Fisika Ceria
Fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap paling sulit dan membosankan bagi siswa. Banyak siswa yang alergi ketika mendengar mata pelejaran fisika, dan dibenak mereka fisiska itu selalu berkaitan dengan rumus-rumus yang membosankan dan memusingkan. Setiap siswa selalau membayangkan betapa sulitnya belajar fisika, dan betapa membosankan jika setiap mempelajari fisika hanya berjumpa dengan rumus yang banyak dan tidak dimengerti.
1.      Pengertian model pembelajaran fisika ceria
Menurut Paul Suparno, (2007: 86) Model pembelajaran fisika ceria  adalah pembelajaran dengan menunjukkan hal-hal aneh dalam hidup ini yang dapat menarik minat anak untuk mengerti prinsip fisika lebih dalam. Peristiwa ini ditunjukkan siswa sehingga menantang siswa berfikir, mencoba dan mencari keterangan. Dari situ siswa dapat menemukan prinsip dan hukum yang mereka anggap aneh sehingga dapat dimengerti karena mereka sudah menemukan rahasia dibalik keanehan fisika dan mempelajarinya lebih dalam untuk pengembangan ilmu pengetahuannya.
John Jewett (Paul Suparno, 2007: 86) mengungkapkan bahwa siswa dapat lebih tertarik belajar fisika lewat peristiwa yang aneh (misterius), megic, dan myth (mitis). Sering kali banyak kejadian yang dianggap aneh oleh siswa, tidak masuk akal dan mengandung rahasia. Bahkan banyak anggapan yang diyakini dalam masyarakat, yang menurut mereka benar tetapi setelah dikaji dengan konsep fisika, ternyata tidak benar. Contohnya pada lup, apabila dikenakan cahaya terus menerus maka benda yang dilihat dengan lup tersebut akan terbakar. Dari kejadian itu siswa berpikir keras mengapa bisa terjadi seperti itu. Pembelajaran fisika dengan menunjukkan hal-hal yang tidak bisa itu, membuat siswa tertarik dan antusias untuk berpikir dan memecahkan persoalan secara dalam.
2.   Langkah-langkah penerapan pembelajaran model fisika ceria (Fun)
Menurut Paul Suparno (2007:  88) adapun langkah-langkah pembelajaran model fisika ceria (Fun) yaitu : (a) guru memberikan salah satu peristiwa yang aneh serta dianggap tidak masuk akal sesuai dengan materi; (b) menentuan hipotesis terhadap peristiwa yang telah diajukan sebelum pelaksanaan eksperimen; (c) guru mencoba di depan siswa untuk mempraktekkan dengan latar belakang fisika; (d) siswa diminta untuk melakukan hal yang sama (bereksperimen) sesuai petunjuk yang ada pada LKS; (e) siswa melakukan observasi dan mencatat apa yang diamati; (f) menarik kesimpulan.
              Adapun beberapa keuntungan model ini, seperti : (a) siswa lebih tertarik dan senang; (b) siswa ditantang berfikir sehingga melatih mereka mengkonstruksi pikiran dan gagasan mereka; (c) fisika menjadi topik yang menarik dan anak mau belajar lebih dalam. Fisika tidak menjemukan siswa; (d) siswa lebih belajar konsep fisika, bukan hafalan. Dengan demikian, mereka dapat menggunakan konsep itu pada kejadian yang lain; (e) siswa semakin membuka rahasia alam yang tadinya dianggap aneh, menjadi tidak aneh lagi. Hal ini dapat mengurangi “keyakinan yang tidak benar” akan rahasia alam; (f) siswa tidak menjadi takut dengan peristiwa alam yang kelihatan aneh, mistis, maupun magic; (g) siswa menjadi lebih rasional terhadap gejala alam. Dengan demikian, diharapkan dapat semakin berani mendalami dan mengerti alam secara lebih dalam ; termasuk pengolahnya demi kehidupan manusia yang lebih baik.
Fisika ceria sering disebut juga fisika GASING (singkatan dari kata fisika gampang, asyik, dan menyenangkan) merupakan cara pembelajaran yang menggunakan logika dan matematika sederhana. Dengan menguasai konsep yang baik, para siswa dapat mengerjakan soal-soal tanpa menggunakan rumus yang baku dan tidak perlu menghapal rumus yang mereka anggap sulit. Jadi pada intinya, Fisika gasing membuat fisika menjadi mudah dan menyenangkan untuk semua kalangan, tidak terbatas untuk kalangan yang ber-IQ tinggi saja tapi untuk kalangan yang ber-IQ standar ataupun di bawah standar. Dengan kata lain fisika gasing menjembataninya semenguasai konsep yang baik hingga fisika yang dulunya merupakan suatu hal yang menyeramkan menjadi tidak menyeramkan dan menyenangkan yaitu dengan cara tidak memperlihatkan rumus-rumus. Untuk itu maka guru harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan motivasi (dorongan) untuk melakukan kegiatan belajar.
Menurut Pupuh Faturroman dan M. Sobry Sutikno, (2007 : 19-20) motivasi sendiri ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik : (a) motivasi intrinsik, jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa adanya paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri; (b) motivasi ekstrinsik, jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Dari beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
   E.         Tinjauan Tentang Media Pembelajaran
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Atau dengan kata lain media adalah perantara adalah pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Pupuh Faturrahman dan Sobry Sutikno, 2007 : 65). Sedangkan menurut Gerlach n Ely (Azhar Arsyad, 2010 : 3) Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa media merupakan suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada orang lain yang mungkin dapat mempengaruhi orang lain.
Jadi, media pembelajaran adalah adalah sebagai penyampai pesan (the carrier of messages) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of messages) (Trianto,  2007 : 75).
2.    Fungsi media dalam Proses  Pembelajaran
Menurut Pupuh Faturrahman dan Sobry Sutikno (2007:67) ada sepuluh fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya : (a) menarik perhatian siswa; (b) membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran; (c) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan); (d) mengatasi keterbatasan ruang; (e) pembelajaran lebih komunikatif dan produktif; (f) waktu pembelajaran bisa dikondisikan; (g) menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar; (h) meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar; (i) melayani gaya belajar yang beraneka ragam, serta; (j) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Bertolak dari uraian di atas, maka diharapkan  pemahaman guru terhadap media menjadi jelas, sehingga dapat memanfaatkan media secara tepat. Oleh karena itu, guru perlu menentukan media secara terencana, sistematik dan sistemik (sesuai sistem belajar menganjar).
F.         Tinjauan Tentang Fisika
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam yang menerangkan fenomena-fenomena  dan keajaiban alam serta berusaha memecahkan persoalan melalui pengalaman dan gambaran pikiran manusia, fisika juga berpotensi untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia, karena  melalui pendidikan fisika diharapakan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis dan kritis pada peserta didik, sehingga fisika dapat dikatakan suatu ilmu yang lebih banyak pemahaman dari pada penghapalan (Alberts Einstein). Pendapat lain mengatakan  bahwa, fisika memegang peranan penting terutama dalam bidang teknologi yaitu sebagai dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi (Giancoli, 1998 : 2)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang lebih banyak memerlukan pemahaman dan mempelajari tentang fenomena dan kejadian alam.
G.      Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1.        Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Antara kata “prestasi” dan “belajar”  mempunyai arti yang berbeda. Dimana prestasi pada dasarnya adalah hasil karya yang dicapai dari suatu aktifitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan (Syaiful Bahri, 1994 : 19). Dalam kenyataannya, untuk mendapat prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme diri sendiri yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi itu harus dengan keuletan kerja.
Sedangkan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar (Syaiful Bahri,  1994 : 21) prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati diperoleh dengan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok.
Sedangkan belajar adalah suatu proses aktifitas untuk mencapai ilmu pengetahuan, kecakapan, sikap dan lain-lain. Belajar meliputi berbagai cara dalam mengerjakan sesuatu dan bagaimana mengatasi rintangan-rintangan atau mempermudah cara menyesuaikan diri terhadap situasi baru (Mansyur, 1982 : 46). Pendapat lain mengatakan bahwa, belajar adalah sesuatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari (Syaiful Bahri, 1994 : 21).
Belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam diri individu, baik berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasan nilai-nilai (sikap). Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Dari pengertian belajar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan tentang hakikat dari aktifitas belajar. Hakikat dari aktifitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Perubahan itu nantinya akan mempengaruhi pola fikir dalam berbuat dan bertindak. Dengan demikian, belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar yang dapat diukur secara langsung dengan tes dan penilaiannya dapat dinyatakan dengan angka atau simbol.
2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Ditinjau dari segi siswa, ada beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktifitas belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 247-253) faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi aktifitas belajar adalah : (a) guru sebagai pembina belajar maksudnya, pembimbing siswa dalam  kegiatan pembelajaran; (b) prasarana dan sarana pembelajaran maksudnya, penunjang dalam kegiatan pembelajaran; (c) kebijakan penilaian maksudnya, memberikan penilaian kepada siswa berdasarkan kemampuan yang dimiliki; (d) lingkungan sosial di sekolah maksudnya, hubungan antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan hubungan antar siswa dengan lingkungannya; (e) kurikulum siswa di sekolah maksudnya, seperangkat alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
                  Sedangkan faktor intern yang dialami siswa adalah : (a) Sikap terhadap belajar maksudnya, prilaku siswa dalam belajar; (b) motivasi belajar maksudnya, dorongan atau kemauan siswa dalam kegiatan   pembelajaran; (c) konsentrasi belajar maksudnya, serius memperhatikan terhadap  materi yang disampaikan oleh guru; (d) kemampuan mengelolah bahan ajar maksudnya, respons siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru; (e) kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan maksudnya, dapat mengulang atau mengingat kembali materi yang telah diajarkan; (f) Intelegensi dan keberhasilan belajar maksudnya, tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa.
3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, baik faktor dari dalam (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Adapun faktor-faktor tersebut adalah seperti yang diungkapkan Muhibbin dalam skripsi Adekayanti (2007 : 15), yaitu : (a) faktor intern, yaitu faktor yang berasal dalam diri individu yang belajar misalnya : minat, bakat, cara belajar, kemampuan awal dan sebagainya; (b) faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang belajar, misalnya : orang tua, guru, metode mengajar, alat peraga, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar